Jakarta - Hidup di perbatasan memang jauh dari pantauan dan pengawasan pemerintah pusat. Alhasil banyak kehidupan-kehidupan unik menghinggapi para warga di perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan utara.
Saat detikcom mendatangi Pulau Sebatik pada Jumat (1/5/2015), ditemukan keunikan dengan berlakunya dua mata uang di wilayah tersebut. Dua mata uang tersebut adalah Rupiah dan Ringgit Malaysia.
Meski ada dua mata uang di pulau yang memiliki 5 kecamatan ini, namun Ringgit Malaysia lebih digunakan ketimbang Rupiah. Hal itu karena seluruh barang-barang dan kebutuhan bahan pokok warga Pulau Sebatik membelinya di Tawau, Malaysia.
"Mayoritas disini ringgit, soalnya barang-barang disini dari Malaysia. Bukan lagi sering (belanja di Malaysia), seminggu disini bisa beberapa kali," ujar warga Pulau Sebatik Barat, Hariadi (35) saat berbincang dengan detikcom, Jumat (1/5/2015).
Pria beranak dua ini menjelaskan hanya dengan menggunakan surat izin lintas batas dapat berbelanja di Tawau, Malaysia. Dapat membeli barang-barang dari Malaysia menjadi sebuah kebanggan dan gengsi tersendiri bagi warga Pulau Sebatik.
"Orang di Pulau Sebatik bangga punya barang dari Malaysia. Sebaliknya juga gitu, orang Malaysia juga bangga punya barang dari Indonesia. Mungkin mereka menganggap barang Indonesia lebih baik," ucapnya.
"Selain itu, warga disini (Pulau Sebatik) lebih senang menggunakan ringgit, karena lebih mudah untuk membeli barang-barang dari Malaysia," sambungnya.
Adapun, untuk menyeberang ke Tawau menggunakan speedboat dikenakan biaya sekitar 20 ringgit atau Rp 70 ribu. "Ya pulang pergi sampailah biaya Rp 140 ribu. Tapi daripada ke Nunukan, lebih jauh ke Nunukan daripada ke Tawau dan barang-barang juga lebih lengkap di Tawau," terang Hariadi.
Kritik dan Saran Sangat Saya Harapkan